Besok sorenya, setelah Eliza selesai makan, ia berniat untuk menyuci piring. Hapenya ia lupa di atas televisi, Mini yang sedang menonton siaran televisi pada saat itu tiba-tiba melihat hapenya Eliza. ** Setelah Mini mengotak-atik hapenya Eliza, ia kagetsetelah melihat fotonya Afdhal. ”Loh kok fotonya kak Afdhal bisa ada sama kak Eliza?” Gumam Mini dalam hati. Mini menghampiri Eliza. ”Kak, kok bisa ada fotonya kak Afdhal di hape kakak?” Eliza serentak kaget setelah ia melihat hapenya ada di tangan Mini sekarang. ”Eh, sini hapenya kakak!” Mini pun menuruti perintah Eliza. ”Jangan bilang sama siapa-siapa ya ? kakak ambil fotonya kak Afdhal enggak ada maksut apa-apa kok.” ”Iya kak.” ** ”Hm, jangan-jangan kak Eliza suka lagi sama kak Afdhal.” Gumam Mini dalam hati.
Saat malam tiba, Afdhal sekeluarga silaturahmi ke rumah Eliza. Beberapa menit kemudian Afdhal duduk diteras rumah Eliza, Eliza dan Mini menemani Afdhal sambil ngobrol. ** ”Kak Afdhal di sana pergaulannya rata-rata bebas enggak?” Tanya Mini. ”Iya, tergantung kitanya lagi yang bagaimana dek, kita boleh berteman sama siapa saja, tapi harus bisa jaga diri.” Jawab Afdhal. ”Teman-teman kakak ada yang pakai narkoba dan minum minuman keras enggak kak?” Tanya Eliza. ”Ada, kakak berteman sama siapa aja dek, tapi kalau mereka ngajak kakak minum, merokok atau pakai narkoba gitu, kakak sering nolak, kakak bilang aja“ maaf aku enggak biasa seperti itu “, kalau mereka maksa atau mereka marah kakak nolak terus, ya sudah kakak tinggalin saja, toh masih banyak teman yang lain kan?
”Wah bagus kak, jarang ada cowok yang seperti kakak, biasanya kan cowok-cowok di luar sana meski tidak biasa dan sudah menolak, tapi biasanya karena ingin menghargai perasaan teman mereka ikut saja apa kata temannya dari pada berantem.” Kata Mini. ”Jadi bagaimana kakak bisa dapat tawaran kerja di perusahaan yang bagus ?” Tanya Mini. ”Enggak sembarangan dek, kita harus ikut tes dulu.” Jawab Afdhal. ”Tes apa saja kak?” Tanya Mini lagi. ”Tes wawancara, psikotes, kesehatan dan kita harus bisa menjawab soal-soal yang di kasih, wah kemarin itu sempat juga merasa gugup waktu tes wawancara.” ”Loh emangnya kenapa kak?” Tanya Eliza. ”Iya, itu yang mewawancarai kita dia tahu apa yang sedang kita pikirkan dan dia juga tahu sifat kita itu seperti apa, padahal belum pernah ketemu sebelumnya, kayak paranormal gitu dianya.” Jawab Afdhal. ”Wah berat donk?” Tanya Mini dengan tawa kecilnya. ”Apalagi.” Jawab Afdhal yang juga tertawa. Eliza juga ikut teratawa pada saat itu. ”Berapa yang lulus tes kak?” Tanya Eliza. ”Yang lulus tes 85 orang.” Jawa Afdhal. ”Wah banyak juga.” Sahut Mini. ”Iya dek, tapi yang mendaftar lebih banyak lagi.” Jawab Afdhal. ”Berapa emangnya kak ?” Tanya Mini ”1960 orang sedangkan yang diterima cuma 85 orang.” Jawab Afdhal. ”Wah, jadi yang enggak terima pasti merasa kecewa ya kak ?” Tanya Mini lagi. ”Bukan hanya kecewa, ada juga yang sampai menangis.” ”Ckckck., kasihannya.” ”Iya banyak sekali yang enggak lulus, padahal mereka itu banyak yang ingin lulus, bahkan sebelumnya mereka rela main sogok gitu, dengan puluhan juta bahkan ratusan juta.” ”Wow.” Sahut Mini heran. ”Iya banyak juga yang enggak lulus karena kesehatan mereka kurang baik.” ”Loh kok bisa kak ?” Tanya Eliza. ”Iya kalau darahnya di cek, kan ketahuan yang selalu merokok dan mengonsumsi obat-obattan itu darahnya seperti apa.” Jawab Afdhal. ”Wah untung saja kakak enggak seperti mereka ya kak?” Tanya Mini. ”Iya alhamdulillah, kan kakak enggak suka seperti itu, selain merusak kesehatan, kakak juga mikir orang tua kakak, orang tua kakak kan jauh, kakak enggak mau membuat mereka khawatir kalau mendengar kabar kakak yang kurang baik terlibat pergaulan bebas.” ”Ya Allah apakah aku pantas untuknya? dia lelaki yang nyaris sempurna dan dia pantas mendapat gadis yang nyaris sempurna juga.” Gumam Eliza dalam hati. ** ”Wah kakak hebat, aku salut sama kakak.” Kata Mini. Afdhal tersenyum. ”Itu semua tergantung dari diri kita dek yang jalaninya gimana, kalau kita ingin bisa sukses, kita harus bisa jaga diri dan belajar yang benar.”
Tiba-tiba saja ada seorang cewek yang stop motornya di depan rumah Eliza. ”Itu siapa ?” Tanya Mini. ”Enggak tahu, bukan teman kamu Mini ?” Tanya Eliza balik. ”Bukan kak.” Jawab Mini. ”Oh.” Afdhal tersenyum kemudian beranjak dari tempat duduknya. ”Itu temannya kakak ?” Tanya Mini. ”Itu pacarku.” Jawab Afdhal senyum seraya berjalan kearah gadis itu. ** O… tidaaakkkk… xixixi ^__^ Ada yang kecewa sepertinya, siapakah dia ??
---- > To Be Continued
No comments:
Post a Comment