Bahagian 6:
Bagi Eliza mamanya Afdhal terlalu pemilih orangnya dalam menilai gadis untuk anaknya, pernah mamanya Afdhal cerita tentang istri adeknya Afdhal, adeknya Afdhal, Ilyas namanya mempunyai 2 istri, mamanya Afdhal pernah cerita sama Eliza, istri pertama Ilyas lebih cantik dari pada istri kedua Ilyas. Mamanya Afdhal juga pernah bilang kalau Afdhal tidak ingin memiliki istri yang bodoh, Afdhal ingin memiliki istri yang pintar. ”Mama pemilih, si anak juga, wah berat, xixixi.” Gumam Eliza dalam hati. Terakhir Eliza pernah ketemu Afdhal 10 bulan yang lalu, Afdhal waktu itu agak kurus dan kulitnya agak hitam.
Mamanya Afdhal juga sempat cerita ke Eliza, kalau Afdhal sempat sedih banget waktu pacarnya menikah dengan cowok lain. Eliza selalu menjadi pendengar setia cerita mamanya Afdhal. xixixi.. ^_^ Bagi mamanya Afdhal, Eliza dewasa anaknya, dan nyambung diajak ngobrol. Eliza anak pertama dari 3 bersaudara, Eliza masih memiliki 2 adek, Mini dan Irwan, Mini masih duduk dibangku SMP, sedangkan Irwan masih berusia 3 tahun lebih. Sore hari, saat di ruang tengah. ”Bundaaa, kak Eliza cubit pipinya Ilwan.” Teriak Irwan dengan polosnya. ”Enggak ada bunda.” Eliza juga ikut teriak. Saat itu bunda dan mamanya Afdhal sedang duduk di teras. ”Iya bunda, cakit pipinya Ilwan.” ”Enggak ada bunda.” Eliza memang selalu usil, mengganggu adeknya Irwan adalah salah satu hobbynya, apalagi mencubit pipinya Irwan yang chubby, kira-kira wajah Irwan seperti gambar di atas. xixixi.. ”Bundaaa, tolooong.” Teriak Irwan yang sedang kesakitan. ”Enggak usah bundaaa.” Irwan semakin emosi dengan pipinya yang kini merah merona, karena cubitan Eliza yang bertubi-tubi. Irwan, memegang tangan Eliza dgn kuat, kemudian ia mulai melebarkan mulutnya siap untuk menyantap tangannya Eliza. Sayang, Irwan lagi-lagi gagal, gerak Eliza yg gesit membuat Irwan gagal menyantap tangan mulus Eliza. ”kakak, nanti Ilwan gigit bantal kakak.” Kata Irwan emosinya memuncak. Eliza tertawa geli mendengar omongan adeknya. ”Silahkan sayang, kalau perlu ganggang pintu kamar kakak sekalian ya.” Muka Irwan semakin merah merona, kelihatan seperti muka pemain sumo yang sedang terbakar panasnya matahari. xixixi
------> To Be Continued
No comments:
Post a Comment