Bahagian 17:
Saat di kampus, Eliza hanya diam ia tidak seperti biasanya, biasanya Eliza lebih senang mengobrol dan bercanda bareng temannya, tp kali ini Eliza lebih sering diam. Sepertinya ada yang sedang Eliza pikirkan. ”Eliza..Eliza..” Erin memanggil Eliza. ”Eliza sedang asyik membaca buku pada saat itu.” ”Eliza, Erin panggil kamu.” Kata Hafiza. Eliza kemudian menoleh kearah Erin. ”Kenapa ?” ”Indra ga turun, katanya dia lagi enggak enak badan.” Bisik Erin. ”Oh iya semalam ada juga dia kasih tahu aku lewat sms.”
Sekilas info, Indra adalah teman sekelas Eliza, cowok cool, lumayan cakep n selalu berpakaian rapi. Indra senang berteman dengan Eliza, karena menurut Indra, Eliza gadis yang baik, humoris dan juga ramah. Eliza juga kadang enggak mengerti dengan sikapnya Indra, menurut Eliza, Indra cowok yang baik, hanya saja menurut penilaian Eliza ,Indra suka akan dirinya, Indra memang enggak pernah menyatakan cintanya ke Eliza, hanya saja perhatian Indra kadang membuat Eliza sedikit bingung. Indra dari awal sudah tahu kalau Eliza enggak punya pacar, dan enggak mau pacaran sebelum nikah.
Indra hanya meminta Eliza untuk mau jadi sahabatnya, Eliza sedikit heran baru kali ini ada cowok yang bilang ke dia “mau enggak bersahabat dengan aku ?” begitulah salah satu isi smsnya Indra ke Eliza, karena Eliza kadang mendapat tawaran dari cowok itu seperti ini, ”Mau enggak jadi pacar aku ?” atau “Mau enggak ta’arufan sama aku ?”, tapi semenjak Eliza berjilbab ia selalu menolak kalau ada yang ingin jadi pacarnya, tapi kalau ta’arufan, sempat beberapa kali hanya saja Eliza kurang suka dengan watak cowok yang pernah mengajaknya ta’arufan, sedikit genit menurut Eliza meskipun cowok tersebut sangat mengerti akan pengetahuan tentang agama islam.
Saat mengenal cowok seperti itu, Eliza mengerti ternyata orang yang mengerti akan pengetahuan tentang agama islam, sering sholat, mengaji dan selalu mengkaji Al-Qur’an belum tentu sifat dan sikapnya juga baik, belum tentu juga orangnya sopan bisa menghargai orang lain. Masih mending orang yang masih sedikit pengetahuannya tentang agama islam, tapi mereka sopan dan bisa menghargai orang lain, soal belajar itu kembali dari diri sendiri, InsyaAllah kalau ada keinginan untuk belajar sedikit demi sedikit kemudian bisa di amalkan InsyaAllah bisa, belum bisa karena belum biasa, bisa karena sudah biasa. ** Eliza tidak menolak permintaan Indra untuk jadi sahabatnya Eliza, karena bagi Eliza, apa salahnya kalau ingin bersahabat, Eliza juga senang dengan sikapnya Indra, menurut Eliza, Indra orangnya baik dan sopan, tapi semakin hari Indra selalu duluan mengirim sms dengan Eliza bahkan terkadang menelpon Eliza, Eliza juga terhibur sebenarnya, pernah ada niat untuk menanyakan ke Indra. ”Kenapa sih kamu selalu sms aku dan perhatian sama aku, apa kamu suka sama aku ?”. Tapi cepat niat itu Eliza tepiskan, dia malu untuk menanyakan soalan itu.
Setelah sampai di rumah, Eliza masuk dalam kamarnya, kemudian ia merebahkan tubuhnya di pembaringan, tiba-tiba ada Irwan membuka pintu kamar Eliza. Irwan tersenyum manis tidak seperti biasa, Eliza juga tersenyum, ia merasa senyumnya Irwan mencurigakan. ** ”Kenapa dede ?” Tanya Eliza seraya tersenyum. Awalnya Irwan hanya menampakkan kepalanya saja, ia takut Eliza marah kalau dia masuk ke dalam kamarnya Eliza. Hati Irwan lega setelah ia melihat Eliza tersenyum kepadanya, kemudian pelan-pelan ia masuk kedalam kamarnya Eliza. ”Kakak lagi apa ?” ”Lagi mau bobo sayang, kenapa ?” ”Kakak kita ke toko depan yuk ?” ”Um, kakak cape dede, kakak mau istirahat sayang.” ”Sebentar saja kak.” ”Mau ngapain sih ?” ”Mau jalan-jalan saja.” ”Uw, dedeku sayang mau jalan ke toko pasti ada maunya kan ?” ”Enggak kak, cuma jalan-jalan saja.” ”Hm, kamu enggak bisa bohong sama kakak dede, mau beli apa sih ?” ”Jalan-jalan saja kak.” ”Ya sudah sebentar ya ?” Irwan mengangguk senang. ** Setelah Eliza merapikan jilbabnya. ”Yuk kita jalan !” ”Tapi kak.” ”Tapi pa ?” ”Kok kakak enggak bawa dompet ?” ”Enggak perlu, kan Cuma mau jalan-jalan saja, bukan mau belanja kan.” Kata Eliza dengan mimik wajah yang sedikit serius, padahal ia hanya bercanda, Eliza mengerti apa maunya Irwan. Ada uang yang memang sengaja Eliza sisipkan dikantong roknya. ”Ayooo.” Irwan dengan perasaan sedih mengikuti ajakan Eliza.
Beberapa menit kemudian sampai juga di toko depan rumah. Irwan hanya menundukkan kepalanya sambil berjalan, tangan Irwan sebelah kanan di pegang oleh Eliza sepertinya Irwan ingin menangis karena Eliza tidak membawa dompet. ** ”Dede mau es krim yang mana ?” Tanya Eliza tiba-tiba seraya tersenyum. Irwan tersenyum. ”Mau yang warna cokelat tiga sama yang warna ungu dua ya kakak ?” ”Ya ampun sayang banyak amat.” ”Ya kakak, mau ya ?” Irwan merengek. Eliza tersenyum bercampur geregettan melihat tingkah adiknya. ”Ya sudah, tapi Irwan bayar sendiri ya ?” Irwan cemberut. ”Jelek ah mukanya begitu, ya sudah, tunggu sini ya ? kakak mau bayar dulu.” Kata Eliza dengan tawanya. ”Iya kakak.” Kata Irwan seraya tersenyum manis.
---> To Be Continued
No comments:
Post a Comment