Bahagian 20:
Ke esokkan harinya, Eliza baru saja pulang kerja, setiba di rumah, ia melihat Irwan sedang duduk di teras rumah. ”Sedang apa Irwan ?” Gumamnya dalam hati. Irwan tersenyum manis, Eliza merasa ada yang aneh dengan Irwan, tidak seperti biasa Irwan tersenyum manis dengannya. ”Kakak.” Sapa Irwan. ”Iya dedeku sayang.” ”Sini Irwan bawakan tasnya kakak.” ”Nggak usah, kakak bisa bawa sendiri kok.” ”Irwan kan mau nolong kakak, kasihan kakak bawa sendiri, kakak pasti lelah kan?” Eliza tersenyum dgn tatapan heran.
”Um, boleh juga nih sekalian bawa helm kakak juga ya!” Tas dan helm Eliza kini sedang diginting Irwan,
tapiii…. ? Irwan terasa berat untuk melangkah. ”Tapi apa?” ”Ini kak, um.. berat.” ”Hahaha, katamya tadi mau bawain.” ”Kirain Irwan nggak berat kak.” ”Hihihi, dede…dede… yang sabar ya? melangkah saja pelan-pelan, pasti bisa kok.” Canda Eliza.
”Huw, tapi kak bagaimana cara bawanya ? tas kakak saja berat, helm kakak juga” Keluh Irwan.
”Kok muka si ndut merah gitu ? hihihi.” Tanya Mini yang baru saja hadir di teras. ”Tau tuh.”
Sahut Eliza senyum, pura-pura nggak tahu. Irwan cemberut. ”Kakak.” Keluh Irwan. Mini memperhatikan Irwan, perlahan-lahan Mini mengerti keadaan Irwan. ”Berat ya? kasihan banget si ndut, hihihi.” ”Ya sudah sini kakak bawa tasnya, kamu bawakan saja helmnya kakak.”
Kenapa nggak dari tadi sih Eliza? Kasihan kan si ndut, hoho.. ^_^
Pada malam harinya, Indra menelpon Eliza. Beberapa menit kemudian setelah Indra mengakhiri pembicaraan di telpon, Eliza tersenyum seraya heran. ”Benar nggak sih?” Gumam Eliza dalam hati.
Hoho, Eliza tadi Indra bilang apa? Penasaran nih.” ^ o ^ Beberapa Menit kemudian. ”Assalamu’alaikum.” Eliza kaget melihat keberadaan Indra yang kini sedang berdiri di depan pintu rumahnya, mengenakan kemeja hitam serta celana hitam panjang. Hoho, hitam-hitam, siapa takut, xixixi ^_^
No comments:
Post a Comment