1. Memelihara Mata.
'Memejam'kan mata atau tidak melihat sesuatu yang akan membawa kepada kebencian Allah swt. Menahan diri dari melihat sesuatu yang tercela atau makruh, apalagi yang dapat membimbangkan atau melalikan hati dari mengingati Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda maksudnya : “sesungguhnya pandangan matamu adalah salah satu dari anak panah beracun milik syaitan yang telah dikutuk oleh ALLAH. Barangsiapa yang menjaga pandangannya semata-mata kerana ALLAH, nescya ALLAH akan memberikan kepadanya nikmat keimanan, sebagai kemanisan yang diperolehinya di dalam hati.” (HR : Hakim)
Diriwayatkan oleh jabir dari anas, bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Ada lima perkara yang dapat membataltan puasa seseorang, iaitu berdusta, mengumpat, menyebarkan berita-berita dusta, bersumpahpalsu dan memandang sesuatu dengan penuh nafsu.” (HR : Azdi)
2. Memelihara Lidah
Lidah hendaklah dijaga dari perkara yang sia-sia, seperti berdusta, mengumpat, menyebarkan fitnah, berkata kotor, berkata kasar, membangga diri dan sebagainya. Sebagai ganti dari perkara-perkara buruk tersebut adalah memperbanyak berzikir kepada ALLAH SWT dan membaca ayat-ayat Al- Quran. Inilah yang dimaksudkan dengan puasa dengan lidah.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Puasa adalah benteng. Barang siapa diantara kamu yang sedang berpuasa, hendaklah jangan berkata keji dan jahil. Maka apabila ada orang yang menyerang dan mencacimu, katakanlah: “sesungguhnya aku sedang berpuasa !.” (HR : Bukhaari & Muslim)
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Puasa adalah benteng. Barang siapa diantara kamu yang sedang berpuasa, hendaklah jangan berkata keji dan jahil. Maka apabila ada orang yang menyerang dan mencacimu, katakanlah: “sesungguhnya aku sedang berpuasa !.” (HR : Bukhaari & Muslim)
Dalam sebuah hadis diriwayatkan, di masa Rasulullah SAW. Ada dua orang wanita yang sedang berpuasa. Menjelang petang hari, kedua-dua wanita tersebut berasa sangat haus dan lapar, sehingga tidak dapat ditahan lagi. Akhirnya kedua wanita tersebut menyuruh seseorang untuk pergi kepada Rasulullah , untuk meminta izin kiranya diperkenankan untuk membatalkan puasa mereka. Sebagai jawapan dari permintaan dua orang wanita tersebut, Rasulullah mengirimkan sebuah mangkuk dan bersabda : "Katakalah kepada mereka, supaya mereka makan ke dalam mangkuk ini !” .
Maka apa yang terjadi ? Salah seorang dari wanita tersebut memuntahkan darah dan daging mentah, demikian juga yang seorang lagi, sehingga penuhlah mangkuk tersebut. Orang yang melihat pada waktu itu merasa hairan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : “Kedua wanita ini telah berpuasa dari apa yang telah dihalalkan oleh ALLAH dan kemudian berbuka dengan suatu yang diharamkan oleh ALLAH bagi mereka. Mereka duduk berdua, kemudian bersama-sama mengumpat, dan di dalam mangkuk ini adalah daging manusia yang mereka caci itu”. (HR : Ahmad)
3. Memelihara Pendengaran.
Maka apa yang terjadi ? Salah seorang dari wanita tersebut memuntahkan darah dan daging mentah, demikian juga yang seorang lagi, sehingga penuhlah mangkuk tersebut. Orang yang melihat pada waktu itu merasa hairan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : “Kedua wanita ini telah berpuasa dari apa yang telah dihalalkan oleh ALLAH dan kemudian berbuka dengan suatu yang diharamkan oleh ALLAH bagi mereka. Mereka duduk berdua, kemudian bersama-sama mengumpat, dan di dalam mangkuk ini adalah daging manusia yang mereka caci itu”. (HR : Ahmad)
3. Memelihara Pendengaran.
Pendengaran juga harus dijaga dari memdengar sesutau yang dibenci, sebab segala sesuatu yang haram diucapkan, maka haram pula untuk didengari. Itulah sebabnya, maka ALLAH SWT. Menyamakan antara orang yang suka mendengar perkara yang haram dengan menamakan sesuatu yang diharamkan.
Allah swt berfirman dalam surah Al-Maidah : 42. Ertinya: “orang-orang yang derhaka itu suka sekali mendengar kebohongan, dan memakan yang haram.” (Al-Maidah : 42)
“mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya sangat buruk yang mereka kerjakan itu.” (Al-Maidah ; 63)
Di samping itu berdiam diri dihadapan orang yang yang mengumpat, hukumnya haram, sebagaimana yang dijelaskan ALLAH SWT dalam firmanNya : “jika kamu tetap duduk bersama mereka, sesungguhnya kamu pun seperti mereka.” (An-Nisa’ : 140)
Rasulullah SAW. Bersabda: “ Orang yang mengumpat dan mendengarnya, sama-sama berada dalam dosa.”
(HR : Tabrani)
4. Memelihara Anggota Badan
Anggota badan hendaklah dipelihara dari perbuatan dosa, seperti kaki dan tangan hendaklah dijauhkan dari perbuatan yang dibenci, demilian pula menahan perut dari memakan makanan yang sifatnya syubhat,(tidak jelas haram atau halalnya ) pada waktu berbuka, sebab tidak ada ertinya berpuasa menahan dari makanan yang halal, akan tetapi pada waktu berbuka memasukkanya dengan makanan yang haram, atau rezeki yang diperolehi dengan jalan haram. Perumpaan orang yang berpuasa seperti ini adalah sama dengan orang yang membangun sebuah istana yang sangat indah dan besar kemudian ia sendiri yang menhancurkannya.
Makanan yang haram adalah merupakan racun yang sangat berbahaya dalam kehidupan beragama, sedangkan makanan yang halal adalah ibarat ubat, yang akan memberi manfaat apabila dimakan menurut ketentuan yang telah ditetapkan serta tidak terlalu berlebihan. Sebab, diantara tujuan berpuasa itu adalah untuk mendorong lahinya sikap pertengahan.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud : “Sangatlah banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak ada yang diperoleh dari puasanya itu kecuali hanya lapar dan hausnya sahaja.” (HR : An-Nasa’I dan Ibn Majah)
Allah swt berfirman dalam surah Al-Maidah : 42. Ertinya: “orang-orang yang derhaka itu suka sekali mendengar kebohongan, dan memakan yang haram.” (Al-Maidah : 42)
“mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya sangat buruk yang mereka kerjakan itu.” (Al-Maidah ; 63)
Di samping itu berdiam diri dihadapan orang yang yang mengumpat, hukumnya haram, sebagaimana yang dijelaskan ALLAH SWT dalam firmanNya : “jika kamu tetap duduk bersama mereka, sesungguhnya kamu pun seperti mereka.” (An-Nisa’ : 140)
Rasulullah SAW. Bersabda: “ Orang yang mengumpat dan mendengarnya, sama-sama berada dalam dosa.”
(HR : Tabrani)
4. Memelihara Anggota Badan
Anggota badan hendaklah dipelihara dari perbuatan dosa, seperti kaki dan tangan hendaklah dijauhkan dari perbuatan yang dibenci, demilian pula menahan perut dari memakan makanan yang sifatnya syubhat,(tidak jelas haram atau halalnya ) pada waktu berbuka, sebab tidak ada ertinya berpuasa menahan dari makanan yang halal, akan tetapi pada waktu berbuka memasukkanya dengan makanan yang haram, atau rezeki yang diperolehi dengan jalan haram. Perumpaan orang yang berpuasa seperti ini adalah sama dengan orang yang membangun sebuah istana yang sangat indah dan besar kemudian ia sendiri yang menhancurkannya.
Makanan yang haram adalah merupakan racun yang sangat berbahaya dalam kehidupan beragama, sedangkan makanan yang halal adalah ibarat ubat, yang akan memberi manfaat apabila dimakan menurut ketentuan yang telah ditetapkan serta tidak terlalu berlebihan. Sebab, diantara tujuan berpuasa itu adalah untuk mendorong lahinya sikap pertengahan.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud : “Sangatlah banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak ada yang diperoleh dari puasanya itu kecuali hanya lapar dan hausnya sahaja.” (HR : An-Nasa’I dan Ibn Majah)
Ada pula yang berpendapat bahawa penafsiran dari hadis tersebut adalah berkenaan dengan orang yang berpuasa tetapi berbuka dengan makan yang haram. Akan tetapi ada pula yang menafsirkannya dengan orang yang berpuasa menahan diri dari makanan yang halal, tetapi berbuka dengan daging dan darah manusia, kerana mereka merosakkan puasanya dengan mencaci orang lain. Tetapi ada pula menafsirkannya dengan orang yang tidak menjaga anggota badannya dari melakukan perbuatan-perbuatan dosa.
5. Menghindar Diri Dari Terlalu Banyak Makan
Jangan terlalu banyak makan pada waktu berbuaka puasa, walaupun makanan yang halal dan diperolehi memalui jalan yang halal., sehingga sangat padat di dalam perut dan menimbulkan sesak di dada. Sesungguhnya tidak ada tempat yang kurang disukai oleh ALLAH ‘Azza Wa Jalla melainkan perut yang penuh dengan makanan yang halal.
Cuba kita renungkan, bagaimana pula akan dapat bermanfaat sebagai cara untuk mengalahkan musuh ALLAH dan untuk mengendalikan hawa nafsu, jika pada waktu berbuka, ia menghabiskan apa sahaja yang dapat dimakannya pada waktu siang hari. Apa lagi adap bulan buasa biasanya disediakan tambahan, yang pada hari-hari biasa tidak ada. Bahkan sudah menjadi adat yang buruk, iaitu kebiasaan menyimpan makanan yang bermacam ragam untuk persediaan bulan Ramadhan. Maka untuk di bulan puasa itu dimakanlah makanan yang tidak dimakan pada bulan-bulan lain.
Padahal sudah disedari bahawa tujuan dari berpuasa adalah untuk mengosongkan perut serta menahan hawa nafsu, supaya jiwa tetap bertakwa.Oleh sebab itu, kalau perut itu hanya ditahan pada waktu siang hari dan dilepaskan pada waktu malam hari hingga nafsu syahwatpun akan tetap tinggi. Jika demikian halnya puasa itu, maka roh dan rahsia puasa tidak akan pernah dapat dirasakan, bahkan sebaliknya, memberikan tambahan kekuatan nafsu syahwat berlipat ganda semuanya ini akan lebih membuka jalan kepada seseorang untuk terus berbuat keburukan dan kejahatan.
Justeru itu, untuk melemahkan semangat syaitan, hendaklah makanan itu dikurangkan, kerana tidak akan memperolehi manfaat, apabila ketika berpuasa tetap makan dengan jumlah yang biasa dimakan pada hari-hari biasa. Bahkan sangat dianjurkan untuk sedikit tidur pada waktu siang hari, sehingga rasa haus dan lapar dapat dirasakan. Dengan demikian, orang yang berpuasa akan dapat merasakan samakin lemahnya kekuatan badan, yang akan membawanya kepada kesucian jiwa.
Apabila rasa lemah itu masih dirasakan pada malam hari, akan mudahlah orang tersebut untuk mengerjakan solat malam (tahajjud) serta wiridnya. Dengan demikian, syaitan tidak akan mengelilingi hatinya, sehingga ia akan mendapatkan kurnia syurga. Apa lagi malam lailatul qadar adalah merupakan malam yang penuh dengan keberkatan, sebagaimana firman Allah swt “Kami turunkan Al-Quran pada malam lailatul qadar.” (Al-Qadar:1)
6. Takut Disertai Dengan Penuh Harapan Kepada Allah swt
Setelah selesai berbuka, hendaklah hati mempunyai perasaan takut dan penuh pengharapan kepada Allah swt. Perasaan takut yang dimaksudkan adalah, hati berasa bimbang dan malu kepada ALLAH tentang ibadah puasa yang dilakukan serba kekurangan dan tidak diterima oleh ALLAH.
Sebab kita kita sendiri tidah mengetahuinya, apakah puasa kita itu diterima. (Perbanyakkanlah istigfar memohan keampunan ALLAH). Sedangkan yang dimaksudkan dengan perasaan harap ialah, di dalam hati kita harus penuh pengharapan, semoga usaha kita diterima dan menjadi orang yang selalu dekat dengan-Nya. Perasaan seperti inilah harus ada pada setiap selesai mengerjakan ibadah puasa.
Al-Hassa bin Abu Hassan Basri meriwayatkan, bahawa pada suatu hari lalu sekumpulan orang yang sedang tertawa terbahak-bahak. Maka mereka berkata :
“ALLAH Azza Wa Jalla telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan untuk berlumba-lumba. Di mana hamba-hambaNya berlumba-lumba dalam beribadah. Beberapa orang diantara mereka berhasil sampai terlebih dahulu dan menang, sedangkan yang lain tertinggal di belakang dan kalah. Adalah sangat menghairankan jika mereka yang kalah, masih dapat tertawa. Demi Allah swt apabila tabir telah tertutup, maka mereka yang berbuat baik akan penuh dengan pahala, sedangkan mereka yang berbuat kejahatan akan penuh dengan dosa”
Maksudnya, bagi mereka yang puasanya diterima, tentu akan bersuka-ria. Sedangkan bagi mereka yang berpuasanya ditolak, akan tertutuplah pintu tertawa baginya.
Dalam riwayat yang lain, pernah orang berkata kepada Al-Ahnaf bin Qais, orang tersebut berkata, “Tuan sudah tuan, apabila tuan berpuasa tentu akan melemahkan badan tuan.” Maka Al-Ahnaf menjawab,: Dengan mengerjakan ibadah puasa, bererti aku sedang menyiapkan diri untuk perjalan yang sangat jauh. Justeru itu bersabar dalam mentaati Allah tentu akan lebih mudah, daripada menahan siksaNya.
Dari Ibnu Omar r.a bahawa Nabi SAW pernah ditanya ,: ”siapakah orang yang bijak wahai Nabi?” Nabi SAW menjawad : “Orang yang paling bijak ialah orang yang paling banyak mengingati mati dan paling bersedia untuk menghadapinya.” (HR : Ibnu Majah)
5. Menghindar Diri Dari Terlalu Banyak Makan
Jangan terlalu banyak makan pada waktu berbuaka puasa, walaupun makanan yang halal dan diperolehi memalui jalan yang halal., sehingga sangat padat di dalam perut dan menimbulkan sesak di dada. Sesungguhnya tidak ada tempat yang kurang disukai oleh ALLAH ‘Azza Wa Jalla melainkan perut yang penuh dengan makanan yang halal.
Cuba kita renungkan, bagaimana pula akan dapat bermanfaat sebagai cara untuk mengalahkan musuh ALLAH dan untuk mengendalikan hawa nafsu, jika pada waktu berbuka, ia menghabiskan apa sahaja yang dapat dimakannya pada waktu siang hari. Apa lagi adap bulan buasa biasanya disediakan tambahan, yang pada hari-hari biasa tidak ada. Bahkan sudah menjadi adat yang buruk, iaitu kebiasaan menyimpan makanan yang bermacam ragam untuk persediaan bulan Ramadhan. Maka untuk di bulan puasa itu dimakanlah makanan yang tidak dimakan pada bulan-bulan lain.
Padahal sudah disedari bahawa tujuan dari berpuasa adalah untuk mengosongkan perut serta menahan hawa nafsu, supaya jiwa tetap bertakwa.Oleh sebab itu, kalau perut itu hanya ditahan pada waktu siang hari dan dilepaskan pada waktu malam hari hingga nafsu syahwatpun akan tetap tinggi. Jika demikian halnya puasa itu, maka roh dan rahsia puasa tidak akan pernah dapat dirasakan, bahkan sebaliknya, memberikan tambahan kekuatan nafsu syahwat berlipat ganda semuanya ini akan lebih membuka jalan kepada seseorang untuk terus berbuat keburukan dan kejahatan.
Justeru itu, untuk melemahkan semangat syaitan, hendaklah makanan itu dikurangkan, kerana tidak akan memperolehi manfaat, apabila ketika berpuasa tetap makan dengan jumlah yang biasa dimakan pada hari-hari biasa. Bahkan sangat dianjurkan untuk sedikit tidur pada waktu siang hari, sehingga rasa haus dan lapar dapat dirasakan. Dengan demikian, orang yang berpuasa akan dapat merasakan samakin lemahnya kekuatan badan, yang akan membawanya kepada kesucian jiwa.
Apabila rasa lemah itu masih dirasakan pada malam hari, akan mudahlah orang tersebut untuk mengerjakan solat malam (tahajjud) serta wiridnya. Dengan demikian, syaitan tidak akan mengelilingi hatinya, sehingga ia akan mendapatkan kurnia syurga. Apa lagi malam lailatul qadar adalah merupakan malam yang penuh dengan keberkatan, sebagaimana firman Allah swt “Kami turunkan Al-Quran pada malam lailatul qadar.” (Al-Qadar:1)
6. Takut Disertai Dengan Penuh Harapan Kepada Allah swt
Setelah selesai berbuka, hendaklah hati mempunyai perasaan takut dan penuh pengharapan kepada Allah swt. Perasaan takut yang dimaksudkan adalah, hati berasa bimbang dan malu kepada ALLAH tentang ibadah puasa yang dilakukan serba kekurangan dan tidak diterima oleh ALLAH.
Sebab kita kita sendiri tidah mengetahuinya, apakah puasa kita itu diterima. (Perbanyakkanlah istigfar memohan keampunan ALLAH). Sedangkan yang dimaksudkan dengan perasaan harap ialah, di dalam hati kita harus penuh pengharapan, semoga usaha kita diterima dan menjadi orang yang selalu dekat dengan-Nya. Perasaan seperti inilah harus ada pada setiap selesai mengerjakan ibadah puasa.
Al-Hassa bin Abu Hassan Basri meriwayatkan, bahawa pada suatu hari lalu sekumpulan orang yang sedang tertawa terbahak-bahak. Maka mereka berkata :
“ALLAH Azza Wa Jalla telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan untuk berlumba-lumba. Di mana hamba-hambaNya berlumba-lumba dalam beribadah. Beberapa orang diantara mereka berhasil sampai terlebih dahulu dan menang, sedangkan yang lain tertinggal di belakang dan kalah. Adalah sangat menghairankan jika mereka yang kalah, masih dapat tertawa. Demi Allah swt apabila tabir telah tertutup, maka mereka yang berbuat baik akan penuh dengan pahala, sedangkan mereka yang berbuat kejahatan akan penuh dengan dosa”
Maksudnya, bagi mereka yang puasanya diterima, tentu akan bersuka-ria. Sedangkan bagi mereka yang berpuasanya ditolak, akan tertutuplah pintu tertawa baginya.
Dalam riwayat yang lain, pernah orang berkata kepada Al-Ahnaf bin Qais, orang tersebut berkata, “Tuan sudah tuan, apabila tuan berpuasa tentu akan melemahkan badan tuan.” Maka Al-Ahnaf menjawab,: Dengan mengerjakan ibadah puasa, bererti aku sedang menyiapkan diri untuk perjalan yang sangat jauh. Justeru itu bersabar dalam mentaati Allah tentu akan lebih mudah, daripada menahan siksaNya.
Dari Ibnu Omar r.a bahawa Nabi SAW pernah ditanya ,: ”siapakah orang yang bijak wahai Nabi?” Nabi SAW menjawad : “Orang yang paling bijak ialah orang yang paling banyak mengingati mati dan paling bersedia untuk menghadapinya.” (HR : Ibnu Majah)
No comments:
Post a Comment