16 January 2014

Beginilah Kaum Yahudi Melaksanakan Ritual Pembunuhannya (2)

yahudi zaman dulu 490x326 Beginilah Kaum Yahudi Melaksanakan Ritual Pembunuhannya (2)
JIKA bangsa-bangsa lain (non-Yahudi) tahu apa yang kita ajarkan terhadap mereka, mereka akan membunuh kami,” (Dibre David, Sarjana Yahudi).

Sabtu, 29 Januari 2011 rakyat Kota Sevastopol, Ukraina dibuat geger. Dua tubuh gadis belia berusia 10 dan 11 tahun ditemukan tergeletak tanpa nyawa. Dua korban ini dikabarkan menghilang sejak 4 Januari 2011 dan belum juga diketemukan hingga berminggu-minggu kemudian.

Koran-koran Ukraina sempat mengabarkan kepergian dua gadis belia ini. Para polisi pun sibuk lalu-lalang mencoba menemukan jasad korban. Anak-anak digeledah dan foto kedua korban secara teratur ditampilkan rutin pada layar kaca. Setiap hari, puluhan peserta forum Sevastopol berkumpul disiang hari pada pusat perbelanjaan Ocean. Dengan kelompok kecil, mereka menyisir tiap wilayah dan memasang foto korban di tiap dinding. Akan tetapi, semuanya sia-sia hingga seekor anjing mencium bau di tengah kota ketika dibawa pemiliknya keluar rumah.

Kejadian inipun kemudian berbuntut panjang. Pihak ahli mengatakan tubuh korban ditemukan dalam kondisi tidak wajar. Bahwa bekas luka pisau menunjukkan mereka mulanya dilukai secara perlahan, dan kemudian dibunuh dengan tusukan pisau dengan intensitas satu hingga dua kali. Kedua tubuh korban pun juga terbelah menjadi empat bagian. Suatu tindak pembunuhan yang aneh untuk ukuran orang dewasa sekalipun.

Belum reda keterkejutan masyarakat atas aksi keji ini, Vitaly Kharamov Pemimpin masyarakat Cossack Crieman mulai memberikan titik terang siapa dalang dibalik pembunuhan sadis ini. Dalam kesimpulannya, modus pembunuhan dengan cara mematikan korban perlahan-lahan lewat tusukan ke tubuh korban hanya dapat dijumpai dalam ritual Yahudi. “Luka pisau pertama merupakan luka kecil, yang khas dengan tipikal untuk Talmud atau ritual kabbalistik, metode ini digunakan untuk menghilangkan darah korban,” tandasnya seperti dilansir kantor berita Ukraina, New Region.

Rupanya ini bukanlah kejadian pertama yang menimpa negara di bagian Timur Eropa itu. Pada tanggal 3 Desember 2009, beberapa laman web dari Ukraina juga menampilkan fakta kasus penyelundupan 25.000 anak-anak warga Ukraina ke negara Israel. Tindakan tak berperikemanusiaan ini dipercayai bertujuan mengambil organ-organ anak-anak tersebut. Pengungkapan kasus ini dilakukan oleh beberapa orang ahli akademik Ukraina dalam satu persidangan yang berlangsung di Kiev, Ukraina. Isu ini juga timbul selepas berita dari tabloid Sweedia memunculkan isu pembunuhan warga sipil Palestina oleh tentera-tentera Israel guna mengambil organ tubuh mereka.

Ketika kita berbicara pembunuhan dalam doktrin Yahudi, maka kita tidak boleh melepaskan diri dari teologi Yahudi. Dari situlah ritual itu muncul bahkan dianjurkan. Willie Martin, seorang pengamat Sejarah Yahudi, menuding bahwa hukum-hukum rahasia Yahudi yang didasarkan pada prinsip dasar yang menyatakan: Hanya orang Yahudi adalah manusia menjadi dalang serangkaian aksi ritual kematian Yahudi. Bahwa semua non-Yahudi adalah binatang dan binatang boleh dimatikan. Konsekuensi logis dari kepercayaan ini makan Teologi Yahudi membuka ruang baginya untuk mencapai tujuan dengan segala cara. Persis seperti doktrin Machiavelli. “Orang Yahudi mungkin berbohong, menipu dan mencuri dari orang non Yahudi. Mereka mungkin memperkosa dan membunuh,” tegasnya ketika menulis The History of Jewish Human Sacrifice.

Jauh sebelum Willie Martin mengungkapkan fakta-fakta mengerikan tersebut, Herodotus seraong Sejarawan terkemuka di zaman Yunani Kuno sudah mengingatkan akan bahaya ajaran Yahudi. Orang yang hidup pada abad keempat sebelum masehi ini digadang-gadang sebagai sejarawan pertama sekaligus peneliti adat pembunuhan Yahudi. Dalam tulisannya di Vol II halaman 45, Herodotus menemukan fakta bahwa telah menjadi kebiasaan ketika orang Yahudi mengorbankan para manusia untuk Dewa Molokh. Adat ini menjamur di berbagai umat Yahudi sebagai ritual yang harus dijalani. WRF Browning dalam Kamus Alkitab-nya menyebutkan bahwa Molokh adalah dewa yang menjadi muara persembahan korban anak-anak di Tofet dekat Yerusalem. Meski berisi ritual yang diluar keimanan, ajaran Molokh sangat berkembang pesat di Wilayah Kanaan kuno dan sulit dibasmi oleh siapapun. Hal ini pun termaktub dalam Alkitab.

Bangsa-bangsa Kanaan mengorbankan bayi kepada dewa-dewa mereka sebagai bagian dari ritual keagamaan mereka. Perbuatan tercela ini dengan tegas dilarang oleh Allah (bd: Im 20:2-5; Yer 32:35)

Hal sama juga pernah ditemukan pada tahun 169 SM. Flavius Yosefus (37 M-Meninggal Abad 2 M), seorang ahli sejarah Yahudi dalam Againts Apion yang merupakan buku terbaik mengenai sejarah Yahudi mengetengahkan kisah ketika Raja Antokius Epifanes dari Syria mendapati seorang Yunani tengah mengumpat di sebuah kamar rahasia. Orang Yunani ini meminta sang Raja untuk menolong nyawanya. Alasan korban memang logis. Saat itu ada sebuah hukum berlaku bagi orang Yahudi untuk mengorbankan manusia pada waktu-waktu tertentu di tiap tahunnya. Karenanya, mereka mencari orang asing yang bertujuan membuat tubuh mereka bugar. Jalannya sangat mengerikan. Yosefus menceritakan calon korban akan digelangan terlebih dahulu masuk ke dalam hutan. Ketika mereka tengah berada di hutan, maka orang-orang Yahudi ini akan memakan daging mereka. Sedangkan beberapa darah yang keluar akan menjadi jamuan minum mereka. Ironisnya, tanpa ada rasa bersalah terlebih dosa, sisa-sisa tubuh para korban terbuang ke dalam sebuah lubang. Sekali lagi kita harus ingat, bahwa dalam doktrin Yahudi kelompok ghoyyim adalah binatang. Dan binatang tidak pantas diperlakukan sama dengan manusia sempurna.

Raja Antokius Epifanes memang terkenal otoriter terhadap Yahudi. Sejak tahun 175 SM, ia banyak mengeluarkan kebijakan melarang praktik-praktik keagamaan Yahudi. Hingga pada tahun 167 SM, Matatias, bersama-sama dengan anak-anaknya yang lain, seperti Yehuda, Eleazar, Simom, dan Yonatan, mulai melancarkan aksi pemberontakan terhadapnya. Setelah kematian Matatias pada 166 SM, Yehuda mengambil alih pimpinan pemberontakan itu sesuai dengan pesan ayahnya sebelum meninggal dunia. Kitab 1 Makabe memuji keberanian dan bakat kemiliteran Yehuda, mengatakan bahwa sifat-sifat tersebut membuat Yehuda sebagai pilihan yang tepat untuk menjadi panglima yang baru. Nafsu Yahudi menggoyang kedudukan Antokius memang dipicu muatan teologis agar Yahudi bisa demikian bebas menjalankan segala ajarannya.

Kejadian demi kejadian pembasmian bangsa Non Yahudi dengan dalih ritual terus berlangsung hingga di abad-abad awal masehi. Pada tahun 418 Masehi, kabar menyeruak bahwa seorang anak laki-laki telah disalib oleh orang Yahudi. Kejadian ini berlangsung antara Aleppo (Suriah) dan Antokia (Turki). Satu tahun berikutnya antara Chalcis dan Antiokhia, kembali dilaporkan bahwa orang Yahudi telah mengikat anak laki-laki di kayu salib pada hari libur dan dicambuk hingga mati. Enam abad berikutnya, tepatnya pada tahun 1071 M, beberapa Yahudi dari Blois menyalib seorang anak selama perayaan Paskah. Tubuh anak itu diletakkan ke dalam karung dan dilemparkan ke dalam sungai. (Robert dari Mons, Senin Germ.. Versi. Script VI 520).

Dan yang paling menyeramkan terjadi di Norwich pada tahun 1114 Masehi. Seperti termuat dalam dokumen Acta Sancta,bahwa selama perayaan Paskah, St William telah diikat oleh orang Yahudi lokal. Ia digantung dari salib, dan darahnya terkuras dari luka di sisinya. Orang Yahudi menyembunyika mayatnya di sebuah hutan. Dan proses ritual seperti itu masih terjadi sekarang ini. [Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi/islampos]

Sumber: http://www.islampos.com

Bersambung

No comments: